Aliran Kreativitas!


Kreativitas.

Suatu hal yang ironis buat saya adalah kreativitas selalu muncul di saat patah hati :D. Okelah, some people might say that I’m just too melancholic, but, no, there’s something.

Kreativitas for me, ia seperti air, mengalir dari sebuah sumber. Sumber kreativitas bagi setiap orang itu berbeda. Ada yang sumber kreativitasnya berasal dari hobinya jalan-jalan, ada juga yang kreativitasnya muncul saat sedang melamun in some specific place like, café, or perhaps… restroom (tanpa bermaksud untuk jorok, atau melucu). Selain itu ada juga yang sumber kreativitasnya berasal dari pacarnya (kan ada tuh, yg bisa ikin puisi berbait-bait, atau menciptakan karanganan bunga and etc.). As for me, kadang kreativitas itu muncul saat saya sedang asik-asiknya membaca kompas minggu, saya kadang bingung sendiri, antara memilih melanjutkan membaca Parodi-nya Samuel Mulia atau berhenti, dan mulai melakukan gagasan-gagasan berupa ide yang melompat-lompat riang gembira seperti anak kecil yang mandi hujan.

Yah, saya akui, saya seorang pemalas, banyak ide, gagasan, pemikiran-pemikiran yang mengantre di belakang kepala saya untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang real dan nyata. Tapi kenyataannya, saya payah. Api itu cepat matinya, sebab saya seorang pembosan. Ah, bukan, apinya keburu mati sebelum sempat memiliki waktu untuk melakukan sesuatu. Kasian saya…

Eh, salah. Kasian ide-ide itu.

Back to ‘kreativitas’. Kreativitas itu pada dasarnya bermacam-macam.Ada yang dalam bentuk kegiatan, karya, atau tulisan. Kebetulan saya seringnya lebih ke—meminjam kata-kata Raditya Dika—word-smithing. Dan ‘pesan-pesan dari antah berantah’ itu harus segera diubah, sedikit demi sedikit saja, menjadi sesuatu yang awalnya tidak nyata menjadi sedikit nyata. Sedikit demi sediit, sampai akhirnya ia menjadi ada. Menjadi sesuatu. Kalau tidak, buat saya sih ya… Good bye deh! Pupus.

Dulu saya sempat punya buku yang saya maksudkan untuk mencatat ide-ide kecil tidak penting tapi cukup menyenangkan..Sayangnya, saya sempat lupa, lalu, ya… mandek… itulah.

Kreativitas itu seharusnya juga tidak dibatasi. Bahkan terkadang menurut saya, tidak dihentikan hanya karena bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, in case, itu hanya utuk kita sendiri. Tapi saat kita ingin mem-publish karya hasil kreativitas kita, maka, harus ada sensor, editing, cutting, reducing etc agar sesuai dengan konsumsi masyarakat.

Kreativitas mengalir, jika dibatasi, akan mampet, mandek. Seperti pisau yang tak diasah. Mengalirkannya sama dengan mengasah. Jika tidak diasah, maka kreativitas yang muncul nantinya hanya akan sekedar berupa ide-ide yang tidak terwujud karena kita tidak terbiasa mewujudkannya. Selain itu, ide-ide yang sama atau mirip akan muncul berkali-kali (bukan hal buruk juga sih, tapi yang namanya mandek kan ngga enak... itu-itu aja bosan..).

Intinya yaaa, jangan menghambat dan membatasi kreativitas, dalam bentuk apapun (selama itu tak merugikan orang lain). Keep trying to make ideas into something.




“By the way, lu katanya mau blog walking, kapan?”
Okelah, bisikan yang satu itu bener-bener bikin saya keder…

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda