Banyak yang Nggak Tahu Apam Batil

Tulisan yang berangkat dari keprihatin saya setelah tau banyak teman-teman yang nggak tau dengan apam batil. Di twitter saya posting tentang saya yang sedang makan apam batil, kemudian banyak respon, setelah itu jadilah timeline saya penuh dengan tulisan ‘apam batil’.

Sebagian dari mereka bilang cuma tau apam barabai, ada juga yang bilang kalau itu serabi kemudian ada juga yang tidak tau sama sekali. Wah! Gawat, ini makanan harus dilestarikan, jangan sampai punah!

Oh iya, dulu juga ada kasus lain, temen saya (juga di twitter) ga tau apa itu lamang (dia tau lamang dari twit saya juga). Yah, anak-anak seperti ini harus diajari tentang makanan tradisional yang nggak kalah enaknya dari or buger,french fries, sushi, panini... Oke, I just ate too much outer space food.

Jadi, saudara-saudara sekalian, mari saya perjelas. Apam batil bukanlah serabi ataupun apam barabai.

Apam batil, ada yang bilang, berasal dari daerah Kandangan, Kalimantan Selatan. Bentuknya bulat, berwarna putih (bisa juga dikasih warna, tergantung selera). Tekstrurnya agak kering, terbuat dari adonan entah apa (nggak nanya yang bikin) dan rasanya hambar. Hambar? Nggak enak dong? Enggak, tetep enak. Beda dengan apam barabai yang dimakan langsung , apam batil ini dimakannya pakai kuah gula habang (gula aren).

Here’s the photograph.


Well, cara masaknya, adonan itu di ambil satu sendokan kuah itu... trus di bakar di pembakaran serabi (dalam foto ini, si ibu sangat kreatif, beliau memecah rinjing besar menjadi tiga bagian sehingga tidak perlu ribet-ribet mencari pembakar serabi).
Setelah cukup matang (bagian bawah akan sedikit gosong, tapi itulah ciri apam batil yang dibakar, beda dengan apam barabai yang dikukus/disumap).

Membakar apam batil (huhu, ketutup)


Apam Batil pun diletakkan dipirang dan disiram dengan kuah gula habang yang encer-encer kental. Apam batil siap dimakan.

Untuk yang ingin menikmati apam batil, apam batil agak susah di cari, tidak seperti kelelpon yang berjejer di pinggir jalan di lampu merah. Setahu saya apam batil ada di Pasar Banjarbaru, Pasar Martapura (tapi di bagian yang becek di dalam yang ada jualan ikannya), kemudian di batas kota. As for me, menyarankan untuk ke batas kota. Letaknya di batas kota bagian Banjarbaru sekitar 20 meter dari gerbang batas kota, diseberang bubur pasundan, disamping nasi kuning Rosi dan disamping Rumah Sakit Bersalin Mutia. Alamat benernya ya, Jalan A. Yani, Batas Kota. Bukanya pagi mulai jam 6 an sampai setengah delapan. Harganya 1500 per ’lembar’. Normalnya sih harganya berkisar antara 800-1500 an. Tergantung kualitasnya biasanya.

Oh iya, ada juga di Martapura, Jalan A Yani, gang Al Jihad, di seberang gang SMP 4 yang lokasinya sekitar 1 KM dari batas kota (iya nggak ya? Duh, pokoknya masih disekitar batas kota). Selain itu di pasar sejumput di jalan Sekumpul, masih di Jalan A. Yani, di lampu merah Martapura. Sayangnya, untuk ke pasar sejumput ini, harus masuk dulu. Tapi taya saja dengan penduduk sekitar, mereka pasti tau.

Tapi sebenarnya, daerah asalnya sih Kandangan, tapi ngga tau dimana, hehehe. Lagipula, Kandangan jauh. Sekitar 2 jam dari Banjarbaru.

Hmm, untuk membedakan apam batil dengan serabi, serabi itu, yang saya ingat, tekstur dagingnya lebih lembut dan kuahnya pun agak beda. Pokoknya beda deh. Apam batil bukan serabi! Dan biasanya juga serabi itu warnanya hijau.

Mmm, serabi lagi. Jadi serabi ada juga yang menyebutnya surabi. Serabi itu teksturnya lebih lembut dan kuahnya beda. Kemudian, ada kebiasaan di Kal-Sel ini, jika da orang yang meninggal, maka keluarga (si ahli waris) akan membuatkan serabi sebagai salah satu hidangan untuk para pelayat. Hal ini dikarenakan sebuah mitos. Mitos ini menceritakan, bahwa, pernah suatu kali ada seorang ibu-ibu yang menyedekahkan serabinya untuk anak miskin. Kemudian si Ibu meninggal. Di alam sana, si ibu ternyata mendapat siksa kubur (lupa-lupa ingat nih ceritanya), saat api yang menjilat-jilat itu ingin membakar si ibu, ternyata datanglah serabi yang tadinya disedekahkan untuk melindungi si ibu. Seakan serabi ini adalah dinding neraka.

Karena mitos itulah, dibuat serabi agar si yang meninggal bisa terhalang dari api neraka. Nggak nyambung? Yah, namanya juga mitos. Karenanya serabi juga disebut oleh masyarakat sebagai dinding neraka. Tapi jaman sekarang sudah jarang ada orang yang mau repot-repot membuat serabi disaat ada yang meninggal.

Kalau ngomong apam batil, entah kenapa rasanya belum lengkap kalau belum dengan lupis....

Baiklah, kalau begitu, review akan ditambah dengan lupis.

Makanan yang satu ini terbuat dari ketan. Warnanya hijau, rasanya juga hambar, tapi dimakan pakai kuah gula habang kemudian dikasih parutan kelapa alias nyiur. Enak lhooo! Dulu kebiasaan saya pas masih tinggal di Kandangan, sehabis makan apam batil, makan lupis, selalu begitu. Padahal nggak ada juga tuh yang wanti-wanti kalau ada table manner makan apam. Saya saat itu bikin lupis seperti semacam pencuci mulut setelah makan apam. Here’s the pic

Lupis, I love it!


My friends are eating it, Ijal dan Iwan



Kalo orang-orang yang tua, kakek-nenek yang asli banjar, mereka tidak makan dengan sendok begini, tapi pakai tangan alias dalam bahasa banjar 'bekucau'. Saya masih belum sampai di level itu, but someday........ Ahahaha

Ini Ernita yang telat datangnya, en malu di foto


Sebenarnya banyak wadai bahari yang saya tahu dan mulai susah dicari, seperti putu mayang, kokoleh, laksa (saya nggak tau ini wadai atau makanan sebenarnya, karena gurih en mirip ketupat kandangan). Someday, I will post it.

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda