Judul : Marmut Merah Jambu
Pengarang : Raditya Dika
Tahun : 2010
Harga : Rp39.500,00
Siapa yang nggak kenal Raditya Dika? Banyak. Tapi juga banyak yang kenal. Dia adalah seorang penulis dan juga Blogger yang telah terkenal dengan buku-bukunya yang bertema komedi. Yang paling terkenal adalah tulisan pertamanya yang berjudul Kambing Jantan yang telah dikomikkan dan difilmkan.

Awal Juni yang Lalu, Bang Dika meluncurkan sebuah buku baru. Masih tidak jauh dari keahliannya, yaitu komedi. Judulnya Marmut merah Jambu.
Novelnya yang kelima ini banyak bercerita tentang pengalaman Radit dalam suatu hal, yaitu: Jatuh Cinta.

Buku ini terdiri atas 13 bab yang berupa cerita saling lepas. Dari semuanya aku pilih satu bab yang menurut aku menarik, judulnya Pertemuan Terakhir dengan Ina Mangunkusumo.

Radit di sini bercerita tentang pertemuannya dengan seorang cewek yang pernah ditaksirnya pas SMA, namanya Ina. Setelah dulu sukses mengajak jalan cewek ini (diceritakan di bab Pertemuan Pertama dengan Ina Mangunkusumo), kebiasaan itu terus berlanjut, tanpa ada kesan-kesan berarti bagi Ina. Ina tidak pernah merasakan ada sesuatu yang 'aneh' dengan Radit (mungkin karena secraa keseluruhan Radit memang'aneh'). Merekapun berpisah karena Radit harus kuliah di Adelaide. Sampai kemudian mereka bertemu lagi.

Pada pertemuan mereka kemudian, Ina sudah kerja di sebuah Event Organizer dan Radit sudah jadi penulis. Mereka melakukan pertemuan-pertemuan seperti dulu. Ngobrol dan bicara banyak.

Di kesempatan itu, Ina curhat dengan Radit tentang Anto, cowok yang selalu diceritakan Ina. Mereka pernah pacaran selama tiga hari, tapi kemudian putus. Walaupun begitu, Ina masih terus menyimpan perasaan ke Anto.

Mereka suatu kali bertemu lagi, Ina melihat secercah harapan dari tatapan Anto dan menerima ajakannya untuk nonton film bareng. Saat itu Ina mulai ngerasa deket lagi dengan Anto. Tapi tiba-tiba Anto bilang ke Ina kalau dia sudah punya pacar. Saat itu Ina sadar. Aku kutip dari buku :

Ina meneguk iced lemon tea di depannya, 'Dan pada saat itu. Gue tahu, gue harus move one. Gue harus Pindah Gue gak bisa diginiin terus. Sakiiiiit banget rasanya tau. Byangin, Dik, berapa tahun dimainin terus kayak gitu.'


Radit saat itu sebenarnya mau ngasih tau Ina kalau dia lagi bu\ikin buku baru, judulnya Marmut Merah Jambu, yang akan ada bab tentang si Ina dan ceritanya. Saat itu dia bisa dibilang lagi dalam masa 'bingung' untuk ngambil keputusan. Gimana cara ngasih tahu Ina. Karena, di dalam Bab itu Radit akan menceritakan pada Ina tentang perasannya, cintanya yang tak pernah terbalas pada Ina yang nggak pernah tahu. Ina yang selama ini hanya menganggapnya 'My gay best friend'.

Akhirnya Radit mengatakannya juga pada Ina. Tapi sebelum dia lengkap bercerita...

'...Di salah satu bab buku ini ada cerita tentang cewek yang gak pernah bisa gue dapetin.'
Ina menaikkan alisnya, mulutnya kebuka setengah, lalu dia ketawa sekenceng-kencengnya, 'HAHAHAHAH! Cinta tak berbalas? Setius? Lo ngapain pake nulis gituan segala sih?'
Muka Ina berubah jadi merah. Seolah-olah dia baru diceburkan ke dalam kuali, Sedangkan muka gue juga berubah jadi merah. Seolah-olah gue ikutan nyebur dalam kuali, belepotan minta tolong.
'Bukan sama gue ka? Hahahahaha!' Ina ngomong ngasal.
'Eeeeeeeerrr yah bukan, masa sama elo, bukan, iya lah bukan, hahahahah bukan hahahaha, gak segitunya, ge'er lo!'Gue mulai mracau. Kampret,....


Dan kisah berakhir dengan tragis. Nggak sih.... Hanya saja radit akhirnya tidak jadi membocorkan rahasia ini sampai akhirnya buku ini terbit. Bukannya itu hal yang Ooooh, so sweet...?

Selanjutnya, Ina berkata pada Radit (yang ini dikutip dari blog, bukan dari bukunya, isinya sebelas-duabelas) (Ina: Dia, Radit: Gue)


Dia: Kenapa sih kita baru bisa dibilang komplit dengan kehadiran orang lain itu?
Gue: Maksud lo?
Dia: Kenapa gak dengan kehadiran sebuah barang, atau… atau hobi? Baru kita bisa dibilang komplit? Kenapa harus dihubungkan dengan orang lain? Kenapa kesempurnaan kita, sebagai manusia, harus diindikasikan dengan kita bertemu dengan soulmate kita?

Bener juga sih… Bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini yang paling parah: Bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?

Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, rasanya adalah hal yang paling bikin ngais tanah yang bisa terjadi pada diri kita. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.

Sedangkan, perjuangan melawan cinta adalah perjuangan melawan ingatan. Bagi orang yang cintanya tak berbalas, melupakan seseorang adalah tahap yang paling krusial sekaligus paling susah untuk dilakukan. Bengong dikit, keinget dia lagi. Nyoba kenalan sama orang baru, eh inget lagi. Makanya, sekarang ada istilah “mentok” yang dipakai untuk menggambarkan orang yang gak bisa move on. Sedihnya, dan gak ada istilah “bablas”.


Cerita berakhir dengan memberikan kita suatu contemplating moment yang intinya tentang keberadaan seseorang yang takkan bisa kita lupakan sepenuhnya. Orang yang, mengutip Charlie Brown yang sangat menyukai selai kacang dari komik peanut, menghilangkan rasa selai kacang dari lidah kita. Buat radit, Ina adalah orang yang menghilangkan rasa selai kacang dilidahnya.

Buku ini ditulis dengan bahasa sehari-hari Radit, bisa dibilang bahasa khas anak gaul jakarta. Disini kemampuan Radit dalam meramu kata-kata yang tak biasa dan menjadikannya humor telah jauh berkembang. Buku ini seperti ditulis dengan pertimbangan yang lama dan panjang untuk setiap kata-kata dan kalimat-kalimatnya.

Radit dalam buku ini sukses, membuat perasaan pembaca menjadi seperti pecel, beraneka campuran rasa. Pembaca jadi mengalami berbagai hal dalam membaca buku ini. Pembaca seakan-akan tersentil, karena cerita yang dituliskan oleh Radit adalah cerita yang mungkin saja pernah kita alami dalam kehidupan kita. Dan dalam bagian itu, radit membedahnya dengan cukup baik. menembak dengan mengena bagian-bagian tertentu, entah dengan kata-kata yang kesannya agak gloomy atau dengan humor yang bisa membuat kita terbahak sekaligus, teriris miris.

Aku sendiri, membacanya dengan penuh penghayatan... Di bab yang telah aku resensi, aku tertawa sambil menangis dan adikku yang melihat bingung. Aku bingung dengan apa yang telah terjadi, terutama lagi, rasakan. Saat itu, aku mengakui, Radit sangat hebat! Embrace him!

Dilihat dari fisiknya, buku ini lebih tebal, lebih berisi, lebih berotot (narik otot ketawa kita maksudnya). Covernya lebih terang dan cerah, Thanks to Mayumi Haryoto for designing it. Kertasnya juga bagus, kayak novel-novel yang lain juga, akhirnya. Ada pembatas buku yang pada cetakan pertama berbentuk kaos dan cetakan kedua berbentuk marmut. Like this :



Setiap buku tentu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Tidak terkecuali buku ini. Sayang sekali, ada beberapa kalimat yang tidak lengkap atau hilang yang mungkin karena kesalahan pada bagian editing. Seperti di bab Pertemuan Pertama dengan Ina Mangunkusumo, ada paragraf yang tidak selesai dan membuat pembaca agak bingung dengan 'missing scene' ini.

Jenis humor yang berbeda dari Radit ketimbang dbuku sebelumnya juga mempengaruhi pembaca. Karena humor yang ada di sini bisa dikatakan lebih halus. Sulit mengatakan apa ini kelebihan atau kekurangan, karena ini masalah selera. Sebagian pembaca ada yang mengatakan bahwa MMJ (Marmut Merah Jambu) Lebih lucu, ada juga yang mengatakan kurang. As for me, so far, getting better :).

Review singkat dan penilaian atas beberapa bab lain:
1. Marmut Merah Jambu : tentang pengharapan Radit untuk hubungannya yang sekarang (sayangnya, pupus). Disini Radit ngasih analogi yang keren-keren melalui binatang, seperti belalang jantan yang rela mati dicaplok oleh pasangannya. Kata-kata yang paling sregg: Karena kita seperti belalang, tahu, untuk jatuh cinta butuh keberanian.
2. Buku Harian ALfa: Bab ini, personally, kurang favorit.. Tapi it's one of his stuuuupiiddd jokes.
3. Balada Sunatan Edgar: kisah Edgar saat akan disunat dan sakit hati Radit setelah disunat karena cewek yang disukainya tetep tidak suka dia walaupun dia sudah disunat.

Daaaan, the most remarkable of Radit's work adalah kata-kata kontemplatif yang ditulisnya disetiap bab. Yang bisa membuat kita termenung sejenak, mengingat hidup kita sendiri, yang kemudian bisa jadi berakhir dengan senyuman bahagia atau senyuman yang .... (Nggak bisa gambarin, pokoknya senyum orang sedih sakit hati yang bikin muka pegel).

Well, that's all of my review :).

PS:Nggak tau kenapa, ada eror, nggak bisa unggah gambar covernya... mungkin karena terkutuk...

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda