Gus Dur Dalam Hidup Saya

Gus Dur meninggal pada 30 Desember 2009 pukul 18.45 WIB.



Entah kenapa, bagi saya yang baru berumur belasan tahun ini, Gus Dur adalah sosok yang luar biasa dan patut dijadikan 'someone special' dalam hidup saya. Mungkin karena, menurut saya secara subjektif, Gus Dur adalah seseorang yang unik dan keren.

Pertama kali saya mengenal Gus Dur adalah pada tahun 1999, saya masih berumur 6 tahun kalau tidak salah. Sore hari, seharusnya hari itu saya masuk sekolah mengaji di TK Al-Quran, tapi saya dapt meloloskan diri dari kewajiban itu. Ibu dan adik saya entah ke mana. Hanya ada Abah saya dan saya di Rumah. Kala itu beliau sedang menonton TV dengan TV 'Akari' berukuran 14".
Seakan menonton pertandingan tinju (sebenarnya saya ingin menggunakan istilah pertandingan bola, tapi sayangnya beliau tidak suka bola), abah saya menonton dengan serius acara tersebut. Saya masih tidak begitu mengerti acara apa yang ditonton, tapi yang jelas, ada sekumpulan orang diruangan sedang melakukan penghitungan suara.
Saya bertay tentang acara itu pada abah saya, saya lupa jawabannya apa, tapi yang jelas saya kahirnya mengerti bahwa itu adalah acara penghitungan suara untuk menentukan presiden indonesia.
Sesekali abah saya terlihat senang terkadang terlihat khawatir. Setelah saya amati dengan seksama, saya menyadari bahwa abah saya terlihat senang saat suara Gus Dur memimpin. Beberapa saat terakhir, seingat saya abah say aberkata "Tidak salah lagi, menang pasti."
Dan akhirnya saat semua suara habis dihitung, diketahuilah siapa yang memiliki suara terbanyak. Ia adalah Gus Dur.
yang membuat saya terheran-heran saat itu adalah abah saya yang berteriak seakan-akan baru saja melihat tendangan gol (sekali lagi, ayah saya tidak suka bola, tapi saya tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya dengan lebih baik). Bayangkan! Karena terpilihnya Gus Dur, ada seorang PNS yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Gus Dur berteriak kesenangan (mengingat saat itu abah saya kan sudah dewasa tapi reaksinya itu seperti anak SMA).
Later, I found out that PNS salary increase. Yah, mungkin abah saya da hubungannya dengan Gus Dur.
Begitulah. Sosok Gus DUr pertama kali.
Eh, tidak, setelah saya ingat-ingat lagi, saya kenal sejak zaman PKB disebut sebagai 'Partai Kai(kakek) Buta'. Partai itu rasanya ikut-ikutan saya ejek saat kumpul bareng sepupu. Rasanya ada keluarga yang memilih PKB, sedang saya memilih PAN dengan tokoh saat itu Amien Rais, adik saya (umur 3 atau 4 tahunan)dulu PDI . Wah, dulu sangat menyenangkan.
Saya tidak terlau peduli dengan beliau, tapi juga bukannya tidak mengikuti. Saya tahu saat Gus Dur dilengserkan (tapi saya saat itu masih tidak mengerti kenapa), saat Gus Dur katanya penyakitan, tapi masih bisa jalan-jalan. Trus ada juga saat beliau dan istri beliau men-support Inul saat bermasalah dengan Rhoma Irama dan sebagaina warga Indonesia.
Tokoh Gus Dur, Jika ada berita tentang beliau, akan membuat saya berhenti sejenak untuk membaca atau mendengarkan, ada apa dengan beliau. Padahal saya tidak begitu fans, atau bagaimana, seperti menunggu acara Kick Andy saat mengundang beliau dan lain sebagainya. Hanya saja saya merasa, 'Ini lho, orang yang beda', ia patut untuk diperhatikan.
Beberapa berita tentang beliau akhir-akhir ini yang saya dengar, saya sudah agak lupa. Sampai akhirnya mama saya saat sedang menonton TV berkata: "Na, Gus Dur Sakit."
Saya segera menuju TV dan mengikuti berita itu sejenak. Saya tinggalkan TV beberapa saat dan kemudian abah saya berkata nyaring "Gus Dur Meninggal...".
Sepertinya saya tidak perlu menceritakan bagaimana Indonesia saat itu.
Kemudian saya pergi berlibur di rumah nenek. Saat makan malam, kami sekeluarga, bibi, dan nenek membicarakan Gus Dur. Mereka berkata : Sepertinya beliau masuk surga. Amiiin....

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda